Bisnis Daily, JAKARTA - Perubahan pola belanja masyarakat menjadi salah satu alasan sejumlah ritel modern raksasa akhir-akhir ini banyak yang tutup di Indonesia.
Selain itu, ritel tidak memberikan daya tawar lebih untuk menarik minat masyarakat. Seperti tempat untuk makan, nongkrong, ngopi atau sekedar kumpul.
"Dulu masyarakat biasa berbelanja kebutuhan untuk sebulan. Demi memenuhi kebutuhan itu, mereka rela belanja di ritel modern. Saat ini, masyarakat hanya berbelanja untuk keperluan 1-2 hari. Mereka bisa memenuhi kebutuhan itu dengan belanja di minimarket atau UMKM terdekat," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso di Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Tak hanya itu, lanjut Budi, ada peralihan masyarakat untuk berbelanja secara daring, dimana sekitar 65 juta orang atau 33,3 persen dari jumlah penduduk produktif Indonesia berbelanja melalui e-commerce.
"Ini bukan hanya tantangan untuk ritel, tetapi juga UMKM," katanya.
Diketahui, sejumlah ritel menutup gerai di Indonesia, seperti supermarket asal Korea Selatan GS Supermarket menutup 10 gerai di Indonesia.
Sebelumnya, supermarket Giant yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk (HERO) yang tutup pada Juli 2021 setelah rugi sejak 2017.
Kemudian, ada kabar pasar swalayan asal Uni Emirat Arab (UEA) LuLu Hypermarket bangkrut dan menutup gerai di Indonesia, tapi kabar itu dibantah manajemen.