Search

Saved articles

You have not yet added any article to your bookmarks!

Browse articles

Ini Langkah Strategis KFC untuk Hadapi Persaingan Ketat: Mulai Atur Gaya Kekinian hingga Adaptasi Tren

07 October 2025

Bisnis Daily, PONTIANAK - Nama besar KFC Indonesia kembali jadi sorotan. Dalam beberapa bulan terakhir, publik dikejutkan dengan kabar penutupan sejumlah gerai KFC di berbagai daerah. Padahal, merek ayam goreng asal Amerika ini sudah lebih dari empat dekade jadi favorit masyarakat Indonesia. Lantas, kenapa tiba-tiba banyak gerainya tutup?

Menurut laporan resmi PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) selaku pemegang lisensi KFC di Indonesia, hingga September 2025 mereka telah menutup 19 gerai, menyusul langkah efisiensi besar-besaran yang dimulai sejak tahun lalu.

“Sebagian besar gerai yang kami tutup adalah lokasi dengan kinerja rendah atau masa sewanya sudah habis. Kami tidak menutup secara permanen seluruhnya, beberapa akan direlokasi ke area yang lebih strategis,” jelas Hendra Yuniarto, Direktur FAST, saat dikonfirmasi oleh media, Selasa (1/10).

Tantangan Penjualan Pasca Pandemi

Hendra juga menambahkan bahwa penjualan dine-in belum sepenuhnya pulih setelah pandemi. Perubahan perilaku konsumen yang kini lebih banyak memesan lewat aplikasi online membuat beberapa gerai fisik kehilangan trafik pelanggan.

“Kebiasaan masyarakat berubah. Sekarang banyak yang pesan via online atau delivery, jadi beberapa lokasi dengan traffic rendah sudah tidak efisien untuk dipertahankan,” ujar Hendra.

Selain itu, data keuangan perusahaan menunjukkan adanya penurunan pendapatan dan peningkatan utang hingga Rp3,97 triliun pada pertengahan 2025. Efeknya, perusahaan harus menyesuaikan strategi bisnis agar tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan industri makanan cepat saji.

Efisiensi Wajar, Tapi Tantangan Tak Kecil

Menurut Hendri Saparini, ekonom dari CORE Indonesia, langkah KFC menutup gerai bukan pertanda buruk, melainkan bagian dari strategi bisnis adaptif.

“Di industri makanan cepat saji, efisiensi itu wajar. Kalau lokasi tidak lagi menghasilkan, lebih baik dialihkan ke area dengan potensi pelanggan yang tinggi. Tapi KFC tetap perlu inovasi menu dan digitalisasi agar tetap relevan,” ungkap Hendri.

Pelanggan Masih Setia

Meski ada penutupan di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, sebagian besar penggemar KFC mengaku masih setia.

“Gerai dekat rumah saya tutup, tapi tetap order via aplikasi. Soalnya ayamnya susah ditandingi,” kata Rina (28), pelanggan asal Depok.

Fokus ke Strategi Baru

KFC kini sedang fokus memperkuat layanan delivery, digital promo, dan kolaborasi menu baru agar bisa menjangkau generasi muda yang lebih digital-savvy.

“Kami berkomitmen untuk terus menghadirkan pengalaman makan terbaik, baik secara offline maupun online,” tutup Hendra Yuniarto.

Penutupan beberapa gerai KFC bukan tanda kejatuhan, melainkan bagian dari strategi adaptasi dan efisiensi. Di tengah tantangan ekonomi dan perubahan gaya hidup masyarakat, KFC berusaha tetap relevan dengan langkah-langkah digital dan inovasi menu. 

Jadi, jangan khawatir — ayam goreng legendaris ini belum pamit kok! (*)

 

Prev Article
KFC Tutup Lagi Beberapa Gerai! Ada Apa Nih dengan Bisnis Ayam Goreng Legendaris Ini?
Next Article
The Rise of AI-Powered Personal Assistants: How They Manage

Related to this topic: