Bisnis Daily, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada semester 1 2025 atau Januari hingga Juni 2025. Surplus tercatat sebesar USD19,48 miliar.
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa di Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, surplus semester 1 ditopang oleh surplus komoditas non-migas mencapai USD28,31 miliar. Sementara komoditas migas masih mengalami defisit sebesar USD8,83 miliar.
"Surplus didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewani atau nabati, yaitu sebesar USD15,74 miliar, bahan bakar mineral USD13,28 miliar, serta besi dan baja USD9,04 miliar," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/8/2025).
Pudji mengtakan, defisit utamanya berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis sebesar USD13,40 miliar, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik sebesar USD5,26 miliar, serta plastik dan barang dari plastik sebesar USD3,72 miliar.
"Jika dilihat berdasarkan negara mitra dagang, maka tiga negara penyumbang surplus adalah Amerika Serikat sebesar 8,57 miliar dolar AS, kemudian India sebesar 6,59 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 4,40 miliar dolar AS," katanya.
Tidak hanya itu, BPS, lanjut Pudji, juga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 4,10 miliar dolar AS pada Juni 2025.
Surplus ditopang oleh non-migas sebesar USD5,22 miliar dengan komoditas lemak dan minyak hewani, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
"Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,11 miliar dolar AS, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak," jelasnya.
Amerika Serikat, India dan Filipina menjadi tiga negara penyumbang surplus terbesar Indonesia, masing-masing sebesar USD9,92 miliar, USD6,64 miliar, dan USD4,36 miliar.
Sedangkan tiga negara penyumbang defisit terdalam pada kelompok non-migas adalah Tiongkok sebesar USD10,69 miliar, Australia sebesar minus USD2,39 miliar, dan Brasil minus USD0,83 miliar.
Adapun nilai ekspor pada Juni 2025 mencapai USD23,43 miliar dan impor sebesar USD19,33 miliar.