PONTIANAK, bisnisdaily.com - Banyak orang sering bertanya-tanya: “Kalau sudah pensiun nanti, enaknya ngapain ya?” Pertanyaan ini wajar, karena ketika rutinitas kerja sudah berhenti, rasa bosan dan kebingungan bisa datang kapan saja. Tapi ternyata, ada cara hidup yang bisa bikin masa tua lebih indah: slow living.
Konsep ini makin populer belakangan, terutama di kalangan anak muda hingga orang tua yang mencari kehidupan lebih tenang, minim stres, tapi tetap produktif.
Slow living sendiri berarti menikmati hidup dengan ritme lebih lambat, menghargai hal-hal kecil, dan fokus pada makna ketimbang sekadar mengejar target besar.
Dari Iseng Jadi Rutinitas yang Menenangkan
Sebuah kisah inspiratif datang dari seorang ibu rumah tangga yang merasa hidupnya "kosong" setelah anak-anaknya tumbuh dewasa. Ia lalu membeli lima ekor anak ayam secara iseng, tanpa tujuan besar. Namun, siapa sangka aktivitas sederhana ini justru membawa kebahagiaan baru.
Memberi makan ayam, membersihkan kandang, hingga melihat mereka tumbuh sehat jadi rutinitas harian yang menenangkan. Bukan cuma soal merawat hewan, tapi ada rasa pencapaian, ketenangan batin, dan kebahagiaan kecil yang ternyata berdampak besar pada kualitas hidupnya.
Pandangan Gani The Young: Hidup Itu Bukan Sekadar Target
Fenomena ini juga disorot oleh Gani The Young, konten kreator yang kerap membahas gaya hidup santai namun produktif. Menurutnya, slow living adalah alternatif hidup yang sangat cocok, baik untuk anak muda maupun orang tua.
“Hidup itu bukan hanya soal ngejar karier atau target finansial. Kadang kebahagiaan datang dari hal-hal sederhana yang kita lakukan sehari-hari. Slow living bukan berarti malas, tapi lebih ke menikmati proses dan menemukan makna di dalamnya,” ujar Gani The Young.
Gani juga menekankan bahwa aktivitas kecil seperti berkebun, merawat hewan, atau sekadar mengurus rumah bisa menjadi jalan hidup yang sehat dan berkelanjutan. Bahkan, kegiatan ini bisa tetap dijalankan hingga usia tua tanpa membebani fisik maupun mental.
Santai tapi Tetap Produktif
Yang menarik, slow living bukan hanya soal hidup tenang. Dari kegiatan sederhana ini, seseorang tetap bisa produktif. Contohnya, memelihara ayam bisa menghasilkan telur untuk dijual, berkebun bisa menghasilkan sayuran organik, atau menanam bunga bisa berkembang jadi usaha tanaman hias.
“Mindset itu kuncinya. Kalau kita lihat aktivitas kecil hanya sebatas rutinitas, ya selesai di situ saja. Tapi kalau kita mau memaknainya lebih jauh, dari situ bisa lahir rasa cukup, rasa bahagia, bahkan peluang bisnis. Itu kenapa slow living bisa tetap produktif sampai tua,” tambah Gani.
Menemukan Makna di Usia Senja
Banyak orang mengira pensiun adalah akhir dari produktivitas. Padahal, menurut konsep slow living, masa pensiun justru saatnya menemukan makna baru dalam hidup. Aktivitas yang ringan tapi konsisten bisa membuat tubuh tetap bergerak, pikiran tetap sehat, dan hati selalu terisi.
Selain itu, slow living juga memberi ruang untuk lebih dekat dengan keluarga dan lingkungan. Dengan ritme hidup yang lebih lambat, seseorang bisa lebih menikmati momen-momen kecil yang sering terlewat di tengah kesibukan.
Kisah ibu rumah tangga dengan ayam-ayamnya adalah bukti bahwa pekerjaan atau rutinitas sederhana bisa memberi dampak besar. Dengan gaya hidup slow living, kita bisa tetap aktif, bahagia, dan bahkan produktif sampai usia tua.
Seperti kata Gani The Young, hidup bukan soal seberapa cepat kita mencapai sesuatu, tapi seberapa dalam kita bisa menikmati perjalanan itu. Jadi, daripada takut akan masa pensiun, lebih baik mulai melatih diri untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana sejak sekarang.