Search

Saved articles

You have not yet added any article to your bookmarks!

Browse articles

Kemenhub: Penerbangan Domestik di 2025 Semakin Ngaret

23 May 2025

 

Bisnis Daily, JAKARTA - Penerbangan domestik pada 2025 ini semakin sering terlambat atau ngaret dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara di Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Lukman F. Laisa, data on time performance (OTP) penerbangan domestik pada Januari 2024-April 2024 sebesar 79,73 persen, sedangkan pada 2025 sebesar 78,7 persen.

Lukman merinci, pada Januari 2025 OTP penerbangan domestik merosot 4,57 persen dan Februari 2025 minus 4,68 persen.

"OTP penerbangan domestik baru membaik pada Maret 2025 yang naik 0,54 persen dan April 2025 kenaikannya sebesar 3,64 persen," katanya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, kemarin.

Ia menyebut, ada tiga faktor utama penyebab keterlambatan atau delay penerbangan domestik. Pertama masalah teknis operasional, kedua manajemen airlines dan ketiga masalah cuaca.

"Namun, lebih dominan cuaca," kata Lukman.

Kementerian Perhubungan, lanjut Lukman, menetapkan beberapa kebijakan delay management melalui Permenhub 89 Tahun 2015 tentang Penanganan Keterlambatan pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga.

Aturan lainnya, kata dia, kebijakan terkait peningkatan operasional penerbangan sesuai Permenhub 2 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara yang tujuannya untuk meningkatkan efisiensi penyelenggaraan angkutan udara oleh maskapai penerbangan.

Sementara itu, Presiden Direktur Lion Air Group, Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi mengaku telah ada perbaikan OTP dibandingkan awal 2025.

Menurut Daniel, ada 2 alasan utama mengapa masih ada masalah OTP alias delay, selain yang sudah dipaparkan Kemenhub.

Alasan pertama, online travel agent (OTA) yang dianggap turut menyumbang masalah.

Ia mencontohkan OTA menggabung-gabungkan rute penerbangan yang terkadang membuat konsumen bingung.

"Contoh, Medan-Jayapura, kalau kita lihat di OTA itu konektivitasnya macam-macam. Jadi, dengan Lion Medan-Jakarta. Connecting-nya ke Jayapura pakai Garuda, misalnya. Kita bisa bayangkan Lion mendarat di Terminal 1A, Garuda berangkat dari Terminal 3, bagaimana menghubungkan 1A dengan 3?" beber Daniel.

Alasan kedua yaitu konektivitas di bandara. Lion Air Group menyinggung soal keberadaan Kereta Layang (Kalayang) Bandara Soekarno-Hatta yang ada di luar terminal dan seharusnya ada di dalam terminal bandara.

Daniel kemudian menyarankan agar kalayang di desain ulang, untuk mempermudah konektivitas penumpang.

 

Prev Article
Kemendag Pastikan Harga Pangan Stabil Jelang Iduladha 2025
Next Article
The Rise of AI-Powered Personal Assistants: How They Manage

Related to this topic: