Bisnis Daily, PONTIANAK - Tren bisnis villa kini makin menggoda. Kalau dulu villa identik dengan properti milik orang kaya yang cuma bisa dinikmati saat liburan keluarga, sekarang justru banyak anak muda ikut terjun jadi investor atau pengelola villa.
Mulai dari Bali, Lombok, Bandung, hingga Puncak — permintaan villa untuk staycation terus meningkat. Bahkan di beberapa kota baru seperti Malang dan Yogyakarta, bisnis villa mulai tumbuh subur karena makin banyak wisatawan yang memilih menginap di tempat privat, nyaman, dan estetik ketimbang hotel biasa.
Staycation Jadi Pemicu Utama
Sejak pandemi, kebiasaan orang liburan berubah. Banyak yang ingin suasana santai tanpa keramaian hotel. Akhirnya, staycation di villa pribadi jadi pilihan utama. Konsepnya simpel: penginapan dengan suasana rumah tapi fasilitas mewah. Ada kolam renang, dapur lengkap, bahkan halaman luas buat barbeque-an bareng teman.
Permintaan tinggi ini bikin banyak investor ngelirik bisnis villa sebagai peluang baru. Bayangin, satu unit villa dengan tarif Rp 1,5 juta per malam bisa laku hampir setiap akhir pekan. Kalau dikalikan sebulan, omzetnya bisa tembus puluhan juta rupiah — bahkan bisa lebih di musim liburan.
Dari Modal ke Cuannya, Nggak Main-main
Memang, modal awal bisnis villa nggak kecil. Untuk membangun satu unit sederhana di kawasan wisata, minimal butuh Rp 800 juta sampai Rp 1,5 miliar. Tapi balik modalnya cepat jika manajemennya bagus.
Banyak pemilik yang kini menggandeng manajemen profesional seperti property management villa. Mereka bantu dari urusan kebersihan, reservasi tamu, promosi digital, sampai laporan keuangan bulanan. Jadi, pemilik villa bisa tinggal duduk manis sambil menikmati hasil sewa yang masuk tiap minggu.
Beberapa platform online seperti Airbnb, Agoda, Traveloka, dan Tiket.com juga jadi tulang punggung promosi. Dengan tampilan foto menarik dan rating bagus, villa bisa cepat penuh meski bukan di lokasi super premium.
Anak Muda Mulai Jadi Investor Baru
Fenomena baru yang menarik adalah munculnya investor muda di bisnis villa. Banyak dari mereka berani patungan bareng teman, atau ikut sistem co-investment alias urunan modal lewat platform digital.
Mereka umumnya fokus pada villa berkonsep instagramable — desain minimalis, banyak cahaya alami, dan sudut-sudut fotogenik. Tujuannya? Menarik tamu dari kalangan Gen Z dan milenial yang doyan berbagi pengalaman liburan di media sosial.
Bahkan, beberapa startup properti kini menyediakan skema cicilan kepemilikan villa dengan sistem bagi hasil. Jadi, anak muda bisa ikut punya “sepotong” properti tanpa harus keluar modal miliaran rupiah.
Lokasi Masih Jadi Kunci
Dalam bisnis villa, lokasi tetap jadi faktor nomor satu. Area seperti Canggu, Ubud, Batu, dan Lembang masih jadi primadona karena pemandangan dan udaranya. Tapi kini banyak investor juga mulai melirik daerah yang sedang berkembang seperti Labuan Bajo, Banyuwangi, dan Toba.
Harga tanah di kawasan wisata meningkat pesat — rata-rata naik 10–20 persen per tahun. Jadi selain dari hasil sewa, pemilik villa juga dapat keuntungan ganda dari kenaikan nilai properti.
Tantangan yang Nggak Bisa Diabaikan
Meski peluangnya besar, bisnis villa juga punya risiko. Biaya perawatan yang tinggi, pajak properti, hingga regulasi daerah jadi tantangan tersendiri. Tak jarang, beberapa daerah wisata mulai mengetatkan izin sewa jangka pendek untuk menjaga tata ruang dan kenyamanan warga lokal.
Selain itu, persaingan juga makin ketat. Setiap minggu selalu ada villa baru dengan desain dan fasilitas lebih mewah. Kalau nggak kreatif, bisnis bisa kalah saing dalam waktu cepat.
Strategi Biar Bisnis Villa Tetap Laku
- Pilih lokasi strategis dengan akses mudah ke tempat wisata.
- Buat konsep unik — misalnya villa bernuansa tropis, rustic, atau eco-friendly.
- Manfaatkan media sosial untuk promosi, termasuk kerja sama dengan influencer lokal.
- Jaga pelayanan dan kebersihan, karena ulasan tamu jadi faktor penting di platform online.
- Sediakan fasilitas tambahan seperti kolam renang, wifi cepat, dan dapur lengkap untuk menarik tamu keluarga.
- Kelola keuangan dan laporan operasional dengan sistem digital agar transparan dan efisien.
Prospek 2025: Makin Panas, Makin Cuan
Melihat tren wisata domestik yang meningkat, bisnis villa diprediksi terus tumbuh di 2025. Data dari sejumlah platform booking menunjukkan, pemesanan villa di Indonesia naik lebih dari 35 persen dalam setahun terakhir.
Pemerintah juga mulai mendorong sektor pariwisata lewat pembangunan infrastruktur seperti bandara baru, jalan tol, dan destinasi prioritas. Artinya, permintaan akomodasi seperti villa akan terus bertambah.
Bisnis villa kini bukan cuma urusan orang berduit, tapi peluang nyata buat siapa pun yang mau serius mengelola properti wisata. Dengan perencanaan matang, konsep unik, dan strategi digital yang kuat, villa bisa jadi mesin cuan jangka panjang yang nggak cuma ngasih penghasilan, tapi juga gaya hidup keren di dunia pariwisata. (*)