PONTIANAK, bisnisdaily.com - Lagi enak-enaknya jualan online, tiba-tiba kabar pajak 0,5% bikin heboh jagat e-commerce. Pemerintah resmi mengetok aturan ini untuk pelaku usaha online dengan omzet tertentu. Para penjual pun langsung ramai di medsos, dari yang panik sampai yang nyantai.
Pajak ini sebenarnya bukan aturan baru. Nama resminya PPh Final UMKM 0,5%, tapi sekarang penerapannya diperluas ke transaksi di marketplace dan toko online. Jadi, buat yang omzetnya masih di bawah Rp 4,8 miliar setahun, siap-siap ada potongan pajak otomatis dari hasil penjualan.
“Jualan udah susah, biaya iklan mahal, eh sekarang dipotong pajak lagi,” curhat salah satu seller di TikTok. Tapi ada juga yang melihat sisi positifnya. “Ya, namanya usaha resmi, ya bayar pajak. Anggap aja investasi buat negara,” tulis netizen lain.
Kementerian Keuangan menegaskan, tujuan kebijakan ini bukan buat nyusahin, tapi merapikan administrasi pajak dan bikin pelaku usaha lebih tertib. Apalagi, selama ini e-commerce jadi salah satu motor ekonomi digital Indonesia yang nilainya triliunan rupiah per tahun.
Proses pemotongan pajak dilakukan langsung oleh platform tempat seller berjualan. Jadi, nggak ada lagi drama lupa lapor atau nggak sempat ke kantor pajak. Cukup cek bukti potong tiap bulan biar tahu berapa yang sudah dibayar.
Dampaknya buat pembeli? Mungkin nggak terasa secara langsung, tapi bisa saja harga barang naik sedikit karena seller menyesuaikan margin. Di sinilah strategi jualan dan promosi bakal diuji.
Buat para pelaku UMKM, kuncinya adalah adaptasi. Pajak 0,5% memang terdengar kecil, tapi kalau marginnya tipis bisa terasa juga. Jadi, pintar-pintarlah ngatur stok, harga, dan promo biar tetap cuan.
Intinya, dunia jualan online 2025 ini makin kompetitif. Pajak cuma salah satu tantangannya, sisanya ya… tetap harus kreatif, rajin promosi, dan paham tren belanja digital. Kalau siap, pajak segini mah nggak bikin rugi!