Bisnis Daily, PONTIANAK – Dunia internasional sedang ramai membicarakan langkah bersejarah Perserikatan Bngsa-Bangsa (PBB) yang resmi mengakui kemerdekaan Palestina lewat Deklarasi New York pada September 2025. Keputusan ini disambut gembira oleh mayoritas negara, terutama karena membuka harapan baru bagi rakyat Palestina yang sudah lama hidup dalam konflik.
Tapi pertanyaan besarnya, apakah dengan dukungan ini ekonomi Palestina bisa langsung pulih?
Harapan Baru dari Dukungan Dunia
Dengan status negara yang diakui PBB, Palestina kini punya posisi lebih kuat di panggung internasional. Pengakuan ini membuka pintu lebar ke lembaga keuangan global seperti Bank Dunia dan IMF, yang selama ini jadi sumber penting pembiayaan pembangunan.
Tak hanya itu, pengakuan resmi juga memberi legitimasi bagi Palestina untuk menjalin kerja sama dagang, membuka pasar ekspor, hingga menarik investor asing yang sebelumnya ragu karena status politik yang abu-abu.
Akses Bantuan dan Infrastruktur
Resolusi PBB juga menekankan pentingnya akses kemanusiaan tanpa hambatan. Artinya, bantuan untuk Gaza dan Tepi Barat diharapkan bisa lebih lancar dan terkoordinasi. Kalau jalur bantuan terbuka, pemulihan infrastruktur seperti listrik, air, rumah sakit, hingga sekolah bisa berjalan lebih cepat.
Infrastruktur yang pulih otomatis akan jadi fondasi kuat bagi kebangkitan ekonomi. Dari sektor UMKM hingga perdagangan lintas batas, semua bisa lebih mudah berkembang.
Tantangan Masih Ada
Meski begitu, jalan menuju pemulihan ekonomi Palestina tidak mulus. Blokade wilayah, ketidakpastian keamanan, hingga konflik yang masih terjadi bisa tetap jadi hambatan besar. Selama kondisi politik belum stabil, investasi asing dan perdagangan global masih akan penuh risiko.
Bahkan, sejumlah negara yang menolak pengakuan Palestina seperti Amerika Serikat dan Israel diprediksi akan tetap menghalangi jalur dagang maupun akses ekonomi tertentu. Artinya, perjuangan Palestina masih panjang untuk benar-benar merasakan efek penuh dari pengakuan internasional ini.Dukungan Dunia Bisa Jadi Kunci
Namun di sisi lain, dukungan mayoritas negara dunia – lebih dari 140 anggota PBB – bisa jadi modal politik sekaligus ekonomi. Negara-negara pendukung diharapkan tidak hanya memberi pengakuan, tapi juga menyertakan program nyata seperti investasi, pelatihan tenaga kerja, hingga pengembangan industri lokal.
Kalau dukungan ini berjalan konsisten, Palestina bisa membangun sistem ekonomi yang lebih mandiri, tidak hanya bergantung pada bantuan kemanusiaan. Dari pertanian, teknologi, hingga pariwisata, peluangnya terbuka luas jika situasi politik stabil.
Jadi, Bisakah Ekonomi Palestina Pulih?
Jawabannya: belum instan. Dalam jangka pendek, rakyat Palestina mungkin belum langsung merasakan perubahan besar. Tapi dalam jangka menengah dan panjang, pengakuan PBB bisa jadi titik balik penting.
Dengan catatan, resolusi ini benar-benar dijalankan: perang mereda, bantuan mengalir tanpa hambatan, dan investor mulai percaya. Kalau semua itu terjadi, ekonomi Palestina punya peluang besar untuk bangkit dan mandiri. (*)