Bisnis Daily, Jakarta - Bonus demografi, angka kelahiran, remaja, stunting, dan penguatan kualitas keluarga perlu mendapat perhatian lebih agar tantangan tersebut bisa diselesaikan.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Prof. Budi Setyono saat membuka rapat koordinasi teknis (Rakortek) Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) di Auditorium Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, Selasa (20/05/2025).
Tak hanya masalah bonus demografi, kata dia, komposisi penduduk Indonesia juga akan menghadapi fenomena aging population atau jumlah penduduk lansia lebih banyak.
"Sehingga kita perlu meluncurkan program yang concern kepada para lansia (lanjut usia),” ujarnya.
Berdasarkan data BPS, persentase penduduk lansia (usia 60 tahun ke atas) di Indonesia sebesar 11,75% atau sekitar 32 juta orang pada 2023.
Angka itu, kata Budi, naik 1,27% dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 10,48% dan diprediksi jumlah lansia akan mencapai persentase 20% hingga 25% dari total penduduk Indonesia pada 2050 mendatang.
Statistik Penduduk Lanjut Usia Tahun 2023 yang dirilis BPS juga menyebutkan, 49,56% lansia sudah menggunakan gawai. Namun, hanya seperlimanya yang dapat mengakses dan menggunakan internet.
Dan di era digital dewasa ini, tantangan yang dihadapi lansia adalah beradaptasi dengan teknologi baru, sehingga mereka rentan stress terhadap perkembangan teknologi.
"Minimnya literasi digital membuat mereka menjadi target empuk para pelaku kejahatan," ungkap dia.
Konsentrasi terhadap penduduk lansia atau lansia berdaya (Sidaya) ini menjadi salah satu dari 5 program prioritas atau quick wins Kemendukbangga/BKKBN.
Sidaya digagas untuk mengatasi aging population di Indonesia.
Selain lansia, quick wins lainnya yaitu Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) atau daycare, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) dan aplikasi keluarga berbasi AI.
Menurutnya, 5 quick wins tersebut perlu di-emphasize ke dalam program Bangga Kencana agar jajaran Kemendukbangga/BKKBN bisa mengatasi persoalan tersebut demi mewujudkan seluruh program dan strategi yang dirancang.
Sementara terkait pengadaan barang dan jasa, Budi menegaskan dukungan pengadaan barang dan jasa yang efektif dan efisien merupakan hal krusial.
"Ketersediaan barang dan jasa yang tepat waktu, berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan program adalah fondasi yang tidak tergantikan untuk keberhasilan setiap inisiatif kita, mulai dari penyediaan alat kontrasepsi, sarana dan prasana pelayanan posyandu, pengembangan aplikasi berbasis AI hingga dukungan kegiatan pemberdayan lansia," katanya.
Prof. Budi juga mengingatkan jajaran Kemendukbangga/BKKBN untuk menghindari praktik korupsi, gratifikasi dan penyimpangan lainnya demi menjaga integritas diri, keluarga dan institusi, serta negara.
"Integritas merupakan fondasi utama dalam pengadaan barang dan jasa yang bersih dan akuntabel," tutupnya.