Bisnis Daily, PONTIANAK – Ayam geprek dan ayam penyet kini jadi “raja kuliner” di banyak kota, termasuk Pontianak. Menu sederhana berbahan ayam goreng tepung yang ditumbuk dengan sambal pedas ini sukses merebut hati masyarakat dari berbagai kalangan.
Dari mahasiswa, pekerja kantoran, hingga keluarga muda, semuanya doyan makan ayam geprek. Tak heran kalau usaha kuliner satu ini makin menjamur dan dianggap punya prospek cerah.
Ayam Geprek, Makanan Pedas yang Jadi Favorit
Di Pontianak, warung ayam geprek sudah gampang banget ditemukan. Mulai dari kawasan kos-kosan, dekat kampus, sampai pinggir jalan utama. Harga seporsinya juga relatif murah, mulai Rp15 ribu – Rp30 ribu sudah bisa makan kenyang.
Menurut Ahmad Zulkifli, praktisi UMKM kuliner di Pontianak, ayam geprek punya daya tarik yang sulit disaingi.
“Orang kita itu lidahnya sudah terbiasa pedas. Kalau makan tanpa sambal, rasanya ada yang kurang. Nah, ayam geprek ini paket lengkap: murah, pedas, cepat disajikan, dan bikin kenyang. Itu sebabnya usaha ini cepat sekali berkembang,” jelasnya, Minggu (14/9).
Modal Kecil, Untung Cepat
Buat yang tertarik membuka usaha ayam geprek, kabar baiknya bisnis ini bisa dimulai dengan modal kecil. Untuk level warung tenda sederhana, modal awal sekitar Rp8–10 juta sudah cukup untuk beli gerobak, alat masak, dan stok bahan baku. Kalau usaha dikelola dengan baik, omzetnya bisa tembus Rp2–5 juta per hari.
Penelitian di Pekanbaru oleh Gustina Sri Rahayu (2020) bahkan mencatat rata-rata pendapatan bersih usaha ayam penyet bisa mencapai Rp46,6 juta per bulan, dengan rata-rata menyerap lima orang tenaga kerja.
Angka ini menunjukkan kalau usaha ayam geprek/penyet bukan cuma sekadar usaha pinggiran, tapi bisa berkembang jadi bisnis kuliner yang mapan.
Kisah sukses juga datang dari Sumatera Utara. Seorang pelaku usaha bernama Masrani memulai bisnis ayam penyet dengan modal Rp5 juta. Dari awalnya hanya buka satu gerobak, kini ia sudah memiliki tiga cabang dengan omzet harian puluhan juta rupiah.
Inovasi Jadi Kunci
Meski peluang besar, persaingan ayam geprek juga sangat ketat. Hampir di setiap kecamatan di Pontianak ada warung yang menawarkan menu serupa. Agar bisa bertahan, inovasi rasa dan strategi pemasaran jadi kunci.
Saat ini banyak pelaku usaha mengembangkan menu ayam geprek dengan variasi unik, mulai dari sambal matah, sambal bawang, hingga ayam geprek mozarella dan salted egg yang disukai anak muda. Selain itu, memanfaatkan aplikasi pesan antar seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood juga jadi strategi ampuh memperluas pasar.
“Kalau cuma jual ayam geprek biasa, gampang banget disaingi. Tapi kalau ada sambal khas, pelayanan cepat, dan promosi aktif di Instagram atau TikTok, itu bisa bikin warung kita beda. Konsumen sekarang nggak cuma cari murah, tapi juga cari pengalaman,” tambah Zulkifli.
Peluang Lapangan Kerja Baru
Selain membuka peluang cuan, menjamurnya ayam geprek di Pontianak juga ikut mendorong lapangan kerja. Banyak warung ayam geprek yang merekrut karyawan tambahan untuk bagian dapur, kasir, maupun layanan pesan antar.
Dengan biaya operasional yang relatif ringan, usaha ini mampu menjadi salah satu motor penggerak UMKM kuliner di kota ini.
Bisnis ayam geprek masih punya jalan panjang. Selama pelaku usaha bisa menjaga kualitas rasa, harga tetap ramah di kantong, serta memanfaatkan tren digital, peluang untuk meraup untung besar terbuka lebar. Dengan modal kecil dan pasar yang luas, ayam geprek terbukti jadi bisnis kuliner rakyat yang tak pernah kehilangan penggemarnya. (*)