PONTIANAK, bisnisdaily.com - Bisnis kuliner kerap terlihat mudah dan menggiurkan. Banyak orang berpikir, kalau punya resep enak, pelanggan akan datang dengan sendirinya. Namun, anggapan itu dibantah oleh Donny Pramono, praktisi bisnis kuliner yang rutin berbagi pengalamannya lewat channel YouTube PecahTelur.
Dalam salah satu video berjudul “Bisnis Kuliner BUKAN hanya MASAK ENAK, tapi…!!”, Donny mengungkapkan bahwa cita rasa hanyalah pondasi awal. Setelah itu, pelaku usaha harus siap menghadapi tantangan lain yang sering luput dipikirkan orang.
“Kalau hanya mengandalkan rasa, semua orang bisa meniru. Hari ini kita bikin enak, besok orang lain bisa bikin lebih enak. Jadi yang bikin usaha awet itu bukan cuma soal rasa, tapi cara kita mengelola bisnisnya,” jelas Donny dalam video berdurasi sekitar 10 menit itu.
Menurut Donny, hal pertama yang harus dimiliki pengusaha kuliner adalah growth mindset atau pola pikir berkembang. Pebisnis harus mau belajar, mendengar masukan, dan terbuka dengan perubahan. Tanpa mentalitas ini, usaha mudah mentok di titik yang sama.
“Kritik dari pelanggan itu vitamin. Justru kalau ada komplain, kita jadi tahu apa yang kurang dan bisa diperbaiki. Kalau cuma dibilang enak terus, tapi orang nggak balik lagi, berarti ada yang salah,” ujarnya.
Selain rasa, Donny menekankan pentingnya pengalaman pelanggan. Ia menilai, di era digital, konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga membeli cerita. Suasana tempat makan, keramahan pegawai, hingga kemasan menjadi faktor penting.
“Sekarang orang kalau makan suka foto dulu, upload ke Instagram atau TikTok. Kalau tempatnya menarik dan pelayanannya bagus, itu promosi gratis buat kita,” kata Donny sambil tersenyum.
Untuk itu, Donny menyarankan agar pemilik usaha tidak ragu berinvestasi di hal-hal kecil yang mendukung pengalaman pelanggan. Mulai dari mendesain interior yang nyaman, menyediakan spot foto menarik, hingga memberi sentuhan personal dalam pelayanan.
Di sisi lain, Donny juga mengajak pelaku usaha kuliner untuk membangun kolaborasi. Menurutnya, kerja sama dengan bisnis lain bisa membuka peluang pasar baru. Bentuk kolaborasi bisa bermacam-macam, misalnya menu spesial, paket bundling, atau promo bersama.
“Misalnya kita jual ayam bakar, bisa kolaborasi dengan penjual minuman kekinian. Bikin promo beli ayam, dapat diskon minuman di mitra kita. Sama-sama untung, pasar jadi lebih luas,” terangnya.
Selain kolaborasi, manajemen internal juga perlu diperhatikan. Donny mengingatkan pentingnya membuat blueprint bisnis dan SOP (Standard Operating Procedure). Dengan SOP yang jelas, operasional bisnis tetap berjalan baik meski pemilik sedang tidak di tempat.
“Sering saya lihat, usaha kuliner tutup gara-gara ditinggal pemilik sebentar. Pegawainya bingung harus ngapain. Padahal kalau ada SOP, semua bisa berjalan sesuai jalur,” tambah Donny.
Tak kalah penting, teknologi juga wajib dimanfaatkan. Donny menyarankan pebisnis kuliner untuk aktif di media sosial, bergabung dengan aplikasi pesan-antar, hingga menyiapkan metode pembayaran digital. Langkah ini bisa mempermudah pelanggan sekaligus memperluas jangkauan pasar.
“Sekarang orang maunya serba praktis. Kalau usaha kita susah diakses, kalah sama yang lebih cepat. Jadi mau nggak mau, kita harus ikut tren teknologi,” pungkasnya.
Lewat video ini, Donny berharap semakin banyak pengusaha kuliner sadar bahwa resep enak hanya satu bagian kecil dari puzzle besar. Sisanya, adalah kerja keras membangun sistem, menjaga kualitas, dan terus berinovasi. (*)