Bisnis Daily, PONTIANAK - Siapa yang nggak kenal Mixue? Brand es krim dan minuman asal Tiongkok ini sempat bikin geger dunia F&B Indonesia.
Gerainya menjamur di mana-mana, dari kota besar sampai gang kecil, bahkan sampai ada candaan kalau “di tiap 100 meter pasti ada Mixue”. Tapi, setelah masa viralnya lewat, muncul pertanyaan besar: gimana kabar bisnis Mixue sekarang?
Dari Es Krim Gerobak Jadi Raksasa Franchise Dunia
Mixue pertama kali berdiri di Tiongkok tahun 1997 oleh Zhang Hongchao, berbekal modal kecil dari sang nenek. Siapa sangka, usaha sederhana itu kini menjelma jadi jaringan waralaba global dengan lebih dari 20 ribu gerai di seluruh dunia.
Di Indonesia, Mixue mulai muncul sekitar tahun 2020, pertama di Bandung. Dengan harga es krim Rp8.000-an dan minuman segar yang cocok di iklim tropis, Mixue langsung jadi favorit anak muda. Desain tokonya simpel, maskotnya lucu, dan tentu saja — harga bersahabat jadi senjata pamungkas.
Booming yang Bikin Lupa Napas
Tren viral Mixue bukan main. Dalam waktu singkat, ribuan outlet bermunculan. Banyak orang tertarik buka franchise karena biaya investasinya relatif terjangkau dan peluang balik modal cepat. Tapi, menurut pengamat bisnis, justru di sinilah jebakannya.
“Ketika satu daerah terlalu banyak gerai Mixue, bisa saling ‘makan pasar’ sendiri,” ujar seorang analis ritel kepada Hops.id. Istilahnya cannibalization. Di beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung, jarak antar gerai hanya beberapa ratus meter saja.
Mulai Terasa Tantangan: Dari Rasa, Tren, hingga Persaingan
Belakangan, muncul kabar bahwa beberapa outlet Mixue mulai sepi. Meski masih ramai di jam tertentu, banyak pelanggan bilang “sudah biasa aja”. Efek viral mulai meredup, apalagi setelah muncul pesaing lokal yang meniru konsep Mixue: minuman segar murah dengan rasa manis yang mirip-mirip.
Selain itu, tantangan juga datang dari biaya operasional dan kewajiban franchise yang cukup besar. Mitra harus beli bahan baku dari pusat, desain toko harus seragam, dan inovasi menu dibatasi. Beberapa mitra bahkan mengaku, balik modalnya lebih lama dari yang dijanjikan di awal.
Tetap Punya Peluang, Tapi Butuh Inovasi
Meski begitu, nggak bisa dipungkiri Mixue masih punya kekuatan besar. Namanya udah melekat di benak masyarakat. Harga terjangkau dan brand awareness tinggi membuat Mixue tetap kompetitif dibanding brand lain seperti Chatime, Kokumi, atau Xi Boba.
Tapi kalau ingin bertahan lama, Mixue perlu langkah baru: inovasi menu lokal, kolaborasi dengan kreator, dan pengalaman pelanggan yang lebih personal. Tanpa itu, bisa-bisa Mixue bernasib seperti tren minuman viral lain, dan cepat naik, cepat juga redup.
Dari Viral ke Vital
Kesuksesan Mixue jadi pengingat buat pelaku bisnis lain: viral itu penting, tapi bukan segalanya. Punya ribuan gerai bukan jaminan bisnisnya sehat kalau profit margin tipis dan inovasi jalan di tempat.
Mixue masih punya peluang besar untuk tetap eksis, asal bisa menyesuaikan diri dengan selera lokal dan menjaga kualitas di tengah ekspansi besar-besaran.
Jadi, meskipun maskot Mixue masih tersenyum manis di depan gerai, di balik itu ada tantangan besar yang sedang mereka hadapi — mempertahankan rasa “manis” di tengah persaingan yang semakin ketat. (*)