PONTIANAK, bisnisdaily.com - Di tengah ketidakpastian ekonomi dan tren bisnis yang silih berganti, bisnis kos-kosan tetap menjadi salah satu sektor properti yang menjanjikan keuntungan stabil.
Faktanya, tingginya mobilitas penduduk di kota-kota besar membuat kebutuhan tempat tinggal sementara seperti kos atau kamar sewa tetap tinggi, terutama di kawasan kampus, area perkantoran, dan kawasan industri.
Menurut data dari Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), permintaan kamar kos di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar masih tumbuh rata-rata 5–10 persen per tahun.
Hal ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa, pekerja perantau, hingga pegawai muda yang membutuhkan tempat tinggal praktis dengan harga terjangkau.
Pengusaha kos-kosan, Dewi Sari, pemilik Rumah Kost Harmoni di Yogyakarta, mengatakan bahwa usaha kos bukan hanya sekadar menyewakan kamar, tetapi juga menyediakan kenyamanan, keamanan, dan fasilitas pendukung yang memengaruhi loyalitas penyewa.
“Kalau kos bersih, fasilitas lengkap, dan dekat kampus atau kantor, pasti cepat penuh. Kuncinya di pelayanan,” ujarnya.
Selain permintaan yang stabil, bisnis kos juga relatif tahan terhadap guncangan ekonomi. Saat kondisi ekonomi melemah, orang cenderung menekan biaya hidup dengan mencari hunian yang lebih murah dan praktis, sehingga kos-kosan tetap menjadi pilihan utama ketimbang menyewa rumah penuh atau apartemen mewah.
Di era digital, banyak pemilik kos mulai memanfaatkan platform online dan aplikasi marketplace properti untuk memasarkan unit mereka. Fitur pencarian kos dengan foto, harga, dan ulasan pengguna mempermudah penyewa menemukan tempat tinggal yang sesuai kebutuhan.
Beberapa pengusaha juga mulai menambah layanan tambahan seperti WiFi cepat, jasa laundry, dan keamanan 24 jam demi meningkatkan daya saing.
Meski membutuhkan modal yang cukup besar di awal, bisnis kos-kosan dianggap sebagai aset jangka panjang yang nilainya terus meningkat.
Pendapatan pasif dari sewa bulanan dapat digunakan untuk menutupi biaya operasional, cicilan kredit properti, hingga pengembangan unit baru. Beberapa pemilik kos bahkan mengembangkan bisnis mereka dengan konsep co-living yang lebih modern dan mendukung gaya hidup komunitas.
Dengan potensi yang masih besar, banyak pengamat properti menilai bisnis kos-kosan akan tetap relevan dan berdaya saing tinggi dalam beberapa tahun ke depan.
Bagi investor yang ingin bermain di sektor properti dengan risiko relatif rendah, kos-kosan masih menjadi pilihan favorit untuk mendulang cuan stabil.
“Ini sebenarnya membuka peluang bisnis yang lebih besar lagi. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan hal itu,” katanya. (*)